TUGAS PRIBADI
MATA KULIAH
MEDIA PEMBELAJARAN
Dosen
Dr. INDRATI KUSUMA
NINGRUM ,M.Pd

OLEH
UBA ROIDA ROMAULY GURNING
NIM: 1109886
PROGRAM MAGISTER
PASCASARJANA
TEKNOLOGI
PENDIDIKAN
KERJASAMA UNP
DENGAN FKIP UR
P E K A N B A R U
2012
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah
memberikan kesehatan, kekuatan kepada penulis sehingga makalah ini dapat di
selesaikan tepat waktu.
Guru pada hakikatnya
adalah tenaga kependidikan yang mempunyai tanggung jawab yang berat , khusus
nya berkaitan dengan proses pendidikan generasi
penerus bangsa menuju gerbang pencerahan dalam melepaskan diri dari belenggu kebodohan, tugas dan kewajiban
yang harus di emban oleh guru tersebut sehingga menuntut profesionalitas tinggi
dalam proses pembelajaran. Melalui kompetensi profesioanalnya, guru harus mampu
mewujudkan langkah-langkah pembelajaran inovatif, progresif, dan kreatif, sehingga
proses belajar mengajar dapat bermakna.
Pada kesempatan ini
selaku penulis saya mengucapkan terima kasih banyak kepada Dosen pembimbing Dr.
Indrati Kusuma Ningrum,M.Pd yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan materi ajar ini.
Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa materi ajar ini masih jauh dari kesempurnaan,oleh sebab itu
kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan
Pekanbaru, Mei 2012
Penulis
DAFTAR
ISI
BAB 1
1.
Jenis-jeni teori belajar teori pembelajaran ……………………………………
2.
Jenis-jenis media ajar ………………………………………………………
BAB II
1.
Analisis situasi ( model pembelajaran Assure)
…………………………………
a.
Karakteristk siswa …………………………………………...........
b.
Tujuan pembelajaran ………………………………………………
c.
Strategi pembelajaran …………………………………………………
d.
Media pembelajaran ……………………………………………………
e.
Cara menggunakan media ajar …………………………………………
f.
Evaluasi media ....………………………………………………………
BAB III
1.
Rencana perencanaan pembelajaran ( RPP) ………………………………………
PEMBELAJARAN BAHASA
INDONESIA MENGGUNAKAN MEDIA LCD PROYEKTOR DENGAN SOFTWARE POWER
POINT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Teori
1.Teori Belajar Behavioristik
Teori belajar behavioristik adalah
sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman.
Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi
belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan
dan pembelajaran
yang dikenal
sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku
yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan
model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai
individu yang pasif. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan
respon (Slavin, 2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu
jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya
Beberapa prinsip dalam teori belajar bihavioristik,
meliputi:
a.
Reinforcement and Punishment;
b.
Primary and Secondary Reinforcement;
c.
Schedules of Reinforcement;
d.
Contingency Management;
e.
Stimulus Control in Operant Learning;
f.
The Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984).
Analisis Tentang Teori Behavioristik
Kaum behavioris menjelaskan bahwa
belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku dimana reinforcement
dan punishment menjadi stimulus untuk merangsang pebelajar dalam
berperilaku. Pendidik yang masih menggunakan kerangka behavioristik biasanya
merencanakan kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian
kecil yang ditandai dengan suatu keterampilan tertentu. Kemudian, bagian-bagian
tersebut disusun secara hirarki, dari yang sederhana sampai yang komplek (Paul,
1997).
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan
belajar sebagi aktivitas “mimetic”, yang menuntut pebelajar untuk mengungkapkan
kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes.
Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan
secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi
hasil belajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya bila pebelajar menjawab
secara “benar” sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa
pebelajar telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang
sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan
setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada
kemampuan pebelajar secara individual.
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan
pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti:
1.
tujuan pembelajaran,
2.
sifat materi pelajaran,
3.
karakteristik pebelajar,
4.
media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.
Pembelajaran yang dirancang dan
berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif,
pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi,
sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah
memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar.
Implikasi dari teori behavioristik
dalam proses pembelajaran dirasakan
kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi,
bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem
pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus
dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya pembelajar
kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.
2. Teori belajar
Kontruktivisme
Teori
belajar Kontruktivisme memandang bahwa:
-
Belajar berarti mengkontruksikan makna atas
informasi dari masukan yang masuk ke dalam otak.Peserta didik harus menemukan
dan mentransformasikan informasi kompleks ke dalam dirinya sendiri.
-
Peserta didik sebagai individu yang selalu
memeriksa informasi baru yang berlawanan dengan prinsip-prinsip yang telah ada
dan merevisi prinsip-prinsip tersebut apabila sudah dianggap tidak bisa
digunakan lagi.
-
Peserta didik mengkontruksikan pengetahuannya
sendiri melalui interaksi dengan lingkungannya.
Teori
Kontruktivisme menetapkan 4 asumsi tentang belajar, yaitu:
- Pengetahuan secara fisik dikonstruksikan oleh
peserta didik yang terkibat dalam belajar aktif.
- Pengetahuan secara simbolik dikonstruksikan
oleh peserta didik yang membuat representasi atas kegiatannya sendiri.
- Pengetahuan secara sosial dikonstruksikan
oleh peserta didik yang menyampaikan maknanya kepada orang lain.
- Pengetahuan secara teoritik dikonstruksikan
oleh peserta didik yang mencoba menjelaskan obyek yang tidak benar-benar
dipahaminya.
Thomas
dan Rohwer menyajikan beberapa prinsip belajar yang efektif, yaitu:
-
Spesifikasi =>
Sesuai dengan tujuan belajar dan karakteristik peserta .
-
Pembuatan => Memungkinkan seseorang mengerjakan kembali
materi yang telah dipelajari, dan membuat sesuatu menjadi baru.
-
Pemantauan yang efektif => Peserta
didik mengetahui kapan dan bagaimana cara menerapkan strategi belajarnya dan
bagaimana cara menyatakannya bahwa strategi yang digunakan itu bermanfaat.
- Kemujaraban personal => Belajar akan berhasil apabila
dilakukan dengan sungguh-sungguh.
Slavin
menyarankan 3 strategi belajar efektif, yaitu:
-
membuat catatan
-
belajar kelompok
-
menggunakan metode PQ4R (preview, question, read, reflect, recite, review)
1. Karakteristik Manusia Masa Depan yang Diharapkan
Karakteristik manusia masa depan
yang dikehendaki tersebut adalah manusia-manusia yang memiliki kepekaan,
kemandirian, tanggung jawab terhadap resiko dalam mengambil keputusan,
mengembangkan segenap aspek potensi melalui proses belajar yang terus menerus
untuk menemukan diri sendiri dan menjadi diri sendiri yaitu suatu proses … (to)
learn to be. Mampu melakukan kolaborasi dalam memecahkan masalah yang luas
dan kompleks bagi kelestarian dan kejayaan bangsanya (Raka Joni, 1990).
Apa
pengetahuan itu? Menurut pendekatan konstruktivistik, pengetahuan
bukanlah kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan
sebagai kunstruksi kognitif seseorang terhadap objek, pengalaman, maupun
lingkungannya. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan
sementara orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu
pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami
reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru.
Pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat dipindahkan
dari pikiran seseorang yang telah mempunyai pengetahuan kepada pikiran orang
lain yang belum memiliki pengetahuan tersebut. Bila guru bermaksud untuk
mentransfer konsep, ide, dan pengetahuannya tentang sesuatu kepada siswa,
pentransfer itu akan diinterpretasikan dan dikonstruksikan oleh siswa sendiri
melalui pengalaman dan pengetahuan mereka sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar